SINIAGA – Di balik indahnya kawah Ijen di Jawa Timur, ada sejumlah orang yang rela mempertaruhkan nyawanya demi mengais rupiah dari sebongkah belerang.
Image by Davide Fiorenzo De Conti |
Ya, mereka adalah para penambang belerang tradisional yang beroperasi di kawasan kawah Ijen. Hanya berbekal masker dan linggis, para penambang memulai aktivitasnya dari pagi hingga menjelang malam.
Seakan tidak menghiraukan pekatnya gas beracun, mereka satu demi satu turun ke kawah berwarna hijau itu mencari bongkahan belerang. Bagi penambang yang beruntung, setiap bongkahan belerang akan dikumpulkan dengan keranjang yang terbuat dari bambu hingga seberat 75-100 kilogram.
Setelah dirasa cukup banyak, belerang-belerang itu kemudian diangkut dengan cara dipikul hingga ke tempat penampungan. Disamping memikul beban yang berat dan ancaman gas-gas beracun, mereka juga harus berjibaku saat naik ke atas hanya dengan menggunakan tangga seadanya.
Namun, bagi penambang yang bernasib sial, biasanya mereka akan terus mencari belerang hingga larut malam. Hanya berbekal lampu senter dan patromak mereka menyusuri tebing-tebing curam di pinggir kawah.
Salah sedikit melangkah, bisa-bisa terperosok. Bahkan, tragisnya bisa jatuh ke kawah. Akibat seringnya terpapar gas beracun dan belerang, sebagian besar kulit para penambang menjadi lebih gelap.
Disamping itu, kelelahan fisik yang digenjot setiap hari, tampak jelas dari raut wajah mereka yang kusam. Mirisnya, mereka mengaku hanya memiliki harapan hidup sekitar 50 tahun saja.
Meski pekerjaan bertaruh nyawa itu hanya diganjar Rp120 ribu per hari. Namun, mereka mengaku tetap pasrah menggantungkan nasibnya di kawah Ijen. Alasanya, mereka tidak memiliki pekerjaan lain demi dapurnya tetap ngebul. (*)
Sumber: behance.net
0 Response to "Bartaruh Nyawa di Kawah Ijen"
Posting Komentar
Komentar yang mengandung tulisan p*rn*grafi, penghinaan, dan provokasi akan dihapus admin.